.
Desain Grafis, Pengembangan Media, Remaja, Seni Budaya dan Kreatifitas

Generasi Antisosial

Oleh: Misbakhul Munir

GENERASI sekarang ini, terutama anak-anak dan remaja sedang mengalami suatu proses antisosialisasi. Dalam proses itu, mereka bukannya tidak melakukan interaksi antisosial sama sekali, tetapi lingkup interaksinya mengalami penyempitan sehingga hanya memiliki sedikit teman saja dalam kehidupan sehari-hari.

Ada banyak penyebab kenapa anak dan remaja yang mengalami antisosial semakin bertambah. Mudah dan semakin murahnya akses internet, baik melalui telepon genggam maupun modem adalah yang penyebab paling kentara dalam proses desosialisasi itu.

Dengan semakin mudahnya mendapatkan akses internet, anak-anak dan remaja yang kecanduan game online sangatlah banyak. Bahkan mahasiswa dan orang dewasa pun banyak yang ikut kecanduan game online.

Game online adalah permainan yang tersedia di web-web penyedia game online dan hanya bisa dimainkan ketika komputer terhubung ke internet. Sebagian besar game online dimainkan secara soliter, dan kalaupun dimainkan secara berkelompok, interaksi antaranggota kelompok pun dilakukan tidak melalui interkasi langsung, tetapi melalui interaksi di dunia maya.

Jumlah anak dan remaja Indonesia yang kecanduan game online memang belum diketahui jumlah pastinya, tetapi melihat ramainya game online center dan warnet, dan semakin larisnya laptop dan modem, bisa diperkirakan bahwa game online semacam itu sudah menembus jutaan anak-anak dan remaja kita.

Game online, seperti permainan berteknologi tinggi lain, seperti playstation, jelas tidak banyak memberikan manfaat secara fisik maupun sosial, karena hanya dimainkan cukup dengan duduk di depan komputer atau duduk sambil memegang telepon genggam tanpa melakukan aktivitas fisik dan interaksi sosial.

Game online biasanya membutuhkan waktu berjam-jam untuk sekali bermain, karena mempunyai banyak jenjang untuk setiap permainan. Untuk satu permainan bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin lebih dari satu tahun.

Bisa dibayangkan berapa jumlah waktu dan biaya yang dihabiskan oleh setiap anak untuk bermain game online. Belum lagi potensi kerugian dari sisi kesehatan dan hilangnya waktu untuk belajar dan membaca.

Dengan banyak bermain game online, anak-anak juga mulai tumpul intuisi dan instingnya, karena mereka jarang mengasahnya di dalam kehidupan nyata melalui interaksi fisik dengan orang lain.

Akibatnya anak-anak menjadi semakin terlihat aneh karena tidak bisa bergaul dengan orang lain dengan santun. Mereka tidak bisa mendeteksi berbagai fenomena sosial yang ada di sekitarnya.

Penyebab lain generasi sekarang semakin antisosial karena kecanduan jejaring sosial di dunia maya, seperti facebook dan twitter.

Pada awalnya jejaring sosial semacam itu untuk membantu orang-orang yang berjauhan agar tetap terhubung dan menguatkan interaksi sosial. Tetapi pada perkembangannya, terutama di negara kita, jejaring telah menjadi alat pembunuh interaksi sosial karena banyak yang menggunakannya untuk mencari teman di dunia maya sebanyak mungkin. Mereka tahan duduk berjam-jam di depan komputer atau sambil memegang telepon genggam.

Bahkan jejaring sosial akhirnya menyebabkan banyak kasus pelanggaran norma sosial, seperti merebaknya kasus perselingkuhan, cybersex, pelacuran melalui jejaring sosial hingga penculikan.

Ironisnya, jejaring sosial juga semakin bersekutu dengan game online, sehingga makin banyak yang kecanduan. Efek yang ditimbulkan pun makin berlipat.

Bisakah internet, game online, dan jejaring sosial disalahkan atas proses desosialisasi generasi muda sekarang ini. Teknologi hanyalah hasil karya manusia. Apabila kita ingin menghentikan proses desosialisasi, maka menutup akses internet, menutup game online dan jejaring sosial bukanlah jawaban.

Teknologi hanyalah alat dalam kehidupan. Yang bertanggung jawab adalah pengguna alat tersebut, yaitu kita sendiri, sebagaimana dalam kasus pembunuhan, pisau tidaklah disalahkan, melainkan si pemilik atau pengguna pisau tersebut.

Seharusnya anak-anak dan remaja diberikan pendidikan dan pengetahuan tentang dunia maya dan bagaimana pentingnya interaksi sosial secara fisik agar mereka tidak mengalami ketergantungan. Gunakan seperlunya saja, yaitu sebagai alat refreshing di waktu senggang dan alat bantu untuk mengatasi interaksi dengan orang lain yang berjauhan.

Efek dari game online dan jejaring sosial dalam kehidupan sehari-hari sudah sangat nyata. Berbagai permainan tradisional yang membutuhkan keterlibatan secara fisik sudah semakin hilang dari kehidupan.

Permasalahannya, orangtua, masyarakat, dan sekolah tidak memberikan pengertian dan pemahaman tentang internet (dunia maya) secara benar. Hal itu karena masih banyak orangtua, anggota masyarakat, dan pendidik yang buta teknologi, sehingga bersifat pasif.

Para Orangtua dan pendidik harus tegas dalam hal akses internet. Berikan pemahaman yang benar dan menyeluruh akan efek positif dan negatif dari teknologi internet itu agar proses desosialisasi anak-anak dan remaja sekarang ini tidak terus berlanjut.

* Praktisi Pendidikan

http://m.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/2011/3/28/80006/Generasi-Antisosial

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar

Arsip